1. Teori Pasar Modal Efisien
(Efficient Capital Market Theory)
Artinya
bahwa harga-harga sekuritas yang ada di pasar modal mencerminkan informasi
relevan yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut. Efisiensi pasar modal ini
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya
transaksi baik transaksi pembelian maupun penjualan.
b. Tidak ada pajak
c. Pasar bersifat
persaingan sempurna, artinya banyak pembeli dan penjual.
d. Pembeli maupun penjual
bertindak sebagai price maker (penentu harga)
e. Baik individu maupun
perusahaan memiliki akses yang sama ke pasar modal.
f. Informasi yang
berhubungan dengan pasar modal tersedia untuk semua pelaku pasar dan mereka
memiliki harapan yang sama.
g. Tidak ada biaya yang
berkaitan dengan financial distress.
Efisiensi pasar modal
dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu:
1.
Efisisensi bentuk lemah (weak-form efficiency).
Efisiensi bentuk lemah menunjukkan
bahwa harga saham di masa datang tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data
harga saham yang lalu. Pergerakan harga saham bersifat random (acak), sehingga
tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga historis. Apabila harga
saham yang akan datang dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham masa
lalu, maka pasar modal tersebut belum efisien dalam bentuk lemah.
2.
Efisisensi bentuk setengah kuat (semi strong-form
efficiency).
Efisiensi bentuk setengah kuat
menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan atas informasi yang
dipublikasikan.
3.
Efisiensi benTuk kuat (strong-form efficiency).
Efisiensi bentuk kuat menunjukkan
bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan informasi yang dipublikasikan
maupun informasi yang tidak dipublikasikan.
2.
Teori Struktur Modal
(Capital Structure Theory)
Struktur
modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Teori mengenai Struktur modal pertama kali dikenalkan oleh Franco Modigliani
dan Merton Miller (biasa disingkat: MM) tahun 1958. Modigliani dan Miller
mempublikasikan teori struktur modal ini dalam hubungannya dengan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (future earning).
Mereka mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan asumsi tidak ada
pajak). Jika teori ini benar maka manajer keuangan tidak perlu memikirkan
perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan
mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika
kemampuan laba tinggi maka harga saham akan naik. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan pula bahwa besarnya struktur modal tidak relevan mempengaruhi
tinggi rendahnya harga saharn.
Teori struktur modal ini terus berkembang berkenaan dengan
usaha perusahaan untuk menghasilkan laba yang diperoleh dari penggunaan modal.
Pada tahun 1963, Modigliani-Miller mempublikasikan teorinya yang kedua tentang
struktur modal dengan memperhatikan pajak. Adanya pajak maka nilai perusahaan
yang tercermin pada harga saham dipengaruhi oleh struktur modal, Semakin besar
(banyak) hutang yang digunakan maka semakin tinggi nilai perusahaan yang
berarti semakin tinggi harga sahamnya. Alasannya adalah bunga hutang yang
dibayarkan dapat mengurangi pajak yang dibayar oleh perusahaan. Penghematan
pajak ini merupakan keuntungan pemegang saham, sehingga nilai perusahaan
meningkat yang tercermin pada meningkatnya harga saham.
3.
Teori Dividen (Dividend Theory)
Telah dijelaskan di muka, bahwa
menurut Modigliani-Miller dengan asumsi pasar modal efisien dan tidak ada
pajak, kebijakan dividen tidak relevan dengan konsep nilai perusahaan (harga
saham). Hal ini disebabkan setiap rupiah yang dibayarkan perusahaan sebagai
dividen mengharuskan perusahaan mengeluarkan saham baru. Sebagai akibat emisi
saham baru itu maka nilai sekarang dari penerimaan pemegang saham lama menjadi
semakin kecil. Ini artinya pembagian dividen tidak mempengaruhi kemakmurannya.
Dengan kata lain, bagi pemegang
saham akan sama saja apakah menerima pembayaran dividen sekarang atau capital
gain di masa datang. Dengan asumsi pasar modal yang efisien maka nilai
perusahaan hanya dipengaruhi oleh keputusan penganggaran modal (Capital Budgeting
Decision). Keputusan pengganggaran modal tersebut nantinya akan menentukan
aliran kas dan tingkat risiko di masa datang. Risiko merupakan penentu aliran
kas di masa datang karena keadaan yang akan datang penuh ketidakpastian. Hasil
yang telah direncanakan kemungkinan tidak tercapai. Kemungkinan menyimpangnya
hasil dari rencana yang telah ditetapkan inilah sebagai risiko yang harus
diperkirakan sebelumnya.
4.
Teori Diskonto Aliran Kas
(Cashflow Discounted Theory)
Teori ini mendasarkan diri pada
konsep nilai waktu dari uang (time value of money) Aliran kas yang akan
diterima pada masa depan dapat dinilai sekarang menggunakan fakto diskonto.
Faktor diskonto ini misalnya berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di mas;
depan tersebut dinamakan pendiskontoan aliran kas (cashflow discounted).
Pendiskontoai kas ini dimaksudkan untuk menilai aliran kas di masa depan yang
dinilai sekarang (presen value). Proses pendiskontoan aliran kas ini dibagi
menjadi 4 tahap yaitu:
a. Perkiraan (estimasi) aliran kas di masa yang akan datang
b. Penilaian risiko aliran kas di masa yang akan datang
c. Menganalisis penilaian risiko dihubungkan dengan aliran
kas
d. Penentuan nilai sekarang dari aliran kas (present value
of cashflow)
Pendiskontoan aliran kas ini penting
untuk menetapkan suatu tingkat diskonto atau bunga yang akan digunakan untuk
menilai aliran kas yang akan datang jika dinilai saat ini. Tingkat diskonto
yang akan digunakan tersebut harus mencerminkan tingkat risiko aliran kas,
tingkat keuntungan ekonomi (return) dari investasi yang dilaksanakan dan
periode waktu aliran kas (jangka waktu suatu investasi).
5.
Teori Agensi (Agent Theory)
Tujuan perusahaan memaksimumkan
kemakmuran para pemegang saham yang dapat diterjemahkan sebagai memaksimumkan
harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer perusahaan memiliki tujuan
lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Karena manajer
diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka bertindak yang terbaik untuk
kepentingan pemegang saham. Namun dalam praktek sering terjadi konflik antara
kedua pihak tersebut yang dinamakan agency problem. Agency problem ini dapat
muncul antara manajer dan pemegang saham atau antara kreditur dan pemegang
saham. Dalam perusahaan besar agency problem sangat potensial terjadi karena
proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relatif kecil.
Tidak jarang tindakan manajer
bukannya memakmurkan pemegang saham, melainkan memperbesar skala perusahaan
dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif utamanya adalah untuk
menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain. Konflik lain yang potensial
terjadi dalam perusahaan besar adalah antara pemegang saham dan kreditur.
Kreditur memiliki hak atas sebagian laba dan sebagian aset perusahaan terutama
dalam kasus kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang pengendalian
perusahaan yang sangat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan.
6.
Teori Informasi Asimetrik
(Asymetric Information Theory)
Seorang manajer perusahaan pastilah
lebih mengetahui tentang informasi berkaitan yang dengan kondisi dan prospek
perusahaan dibanding dengan investor atau analis. Kondisi seperti ini disebut
asymetric information. Artinya antara manajer dan pemilik mempunyai informasi
yang berbeda tentang perusahaan. Dalam kasus ini, mungkin saja manajer
perusahaan percaya bahwa saham perusahaan dalam keadaan undervalued atau
overvalued. Hal itu tergantung apakah informasi tersebut menguntungkan atau
tidak bagi perusahaan.
Dampak yang mungkin muncul dengan
adanya asymetric information adalah timbulnya kegagalan pasar. Misalnya saja
kita akan membeli komputer bekas. Pada pasar komputer bekas ini penjual
biasanya memiliki informasi yang lebih baik daripada pembeli atau terdapat
asymetric information atas calon penjual dan pembeli. Akibatnya, pembeli yang
memperoleh informasi kurang lengkap dibanding penjual kemungkinan akan
mendapatkan harga yang tidak seharusnya dibayar atau kualitas barang yang tidak
sesuai dengan harganya.
7.
Teori Portofolio (Portfolio
Theory)
Tokoh yang terkenal dengan teori portofolionya
adalah Harry Markowitz. Dia pemah memperoleh hadiah Nobel di bidang ekonomi
tahun 1990. Markowitz sering disebut sebagai father of modern portfolio theory.
Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara
mengkombinasikan aset ke dalam suatu portofolio. Investor dapat mengurangi
risiko atas investasinya dengan cara menanamkan dananya pada berbagai saham di
berbagai pasar saham atau berbagai saham di suatu pasar saham (bursa). Hal ini
karena risiko aset secara individu akan lebih besar daripada risiko portofolio.
Namun teori ini belum menyebutkan
secara jelas hubungan antara hasil (return) dengan risiko investasi. Oleh
karena itu, teori ini kemudian disempurnakan oleh William Sharpe dengan
mengembangkan teori keseimbangan yang menghubungkan antara risiko dan hasil
(return) yaitu dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model CAPM ini dapat
digunakan untuk menjelaskan bahwa return suatu saham merupakan fungsi dari
tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate), tingkat keuntungan yang
disyaratkan atas portofolio pasar (market return) dan koefisien beta .
8.
Teori Opsi (Option Theory)
Teoti opsi merupakan suatu hak untuk
menjual atau membeli suatu aset dengan harga tertentu selama jangka waktu
tertentu. Perdagangan opsi di Amerika telah berkembang sejak tahun 1800-an.
Suatu model penilaian opsi telah diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Fisher
Black dan Myron Scholes. Model tersebut kemudian dikenal dengan Black-Scholes
Option Pricing Model. Namun demikian, walaupun sudah agak lama teori ini
berkembang tetapi sampai saat ini belum dianggap sebagai teori dalam manajamen
keuangan. Hanya saja ada beberapa keputusan di bidang keuangan yang dapat
dianalisis dan dipahami lebih baik dengan menggunakan kerangka teori opsi ini.
Sebagai contoh, dalam perkara pembatalan sewa guna usaha (leasing) sebagai
salah satu alternatif pembiayaan perusahaan. Pembatalan transaksi sewa guna
usaha dapat dianalisis dengan kerangka teori opsi. Begitu pula modal yang akan
digunakan oleh perusahaan yang dapat berupa modal sendiri perusahaan (ekuitas
perusahaan) atau memakai hutang (leverage) dapat diperjual-belikan menggunakan
teori opsi ini.
sumber: materi bahasan kelompok di kelas